Pages

Selasa, 04 Desember 2012

Puisi " Aku, Hujan Tanpa Pelangi"

 Aku, Hujan Tanpa Pelangi

Hujan dikala senja itu
Gelap, kelabu, sepi tak berkawan
Ditemani tiupan angin yang berhembus berlawan
kesana kemari tak tentu arah
Bak seorang yang penuh amarah
Entah apa yang telah terjadi padamu wahai hujan.....

Di sana... di balik awan kelabu
Sang dewa langit mulai memancarkan sinarnya lagi
Seiring dengan tetesan air hujan yang mulai lelah
Namun disana tak ada pancaran rona pelangi
                    
Hujan senja tak sanggup mengembalikan pelangi
Pelangi yang telah lama hilang 
Kemanakah kau sang pelangi??
 
Hujan pun seolah tangisan
Langit bagai menjadi saksi
Awan sendu berkelabu
Seiring tetesan hujan yang terus mengalir

Seperti aku...
Ya, aku...
Aku bagai hujan

Engkau...
Ya, engkaulah pelanginya
Pelangi yang ada setelah hujan
Pelangi yang membuat hujan terlihat lebih indah
Pelangi yang membuat hujan bagai berwarna-warni

Namun kini entah dimana engkau pelangiku

Kini hujan tak seindah dulu
Sendu, tak berwarna
Sepi bak membisu
Hanya petir yang dapat memecahkan keheningan
Layaknya hujan dengan sebongkah amarah

Aku...
Aku, hujan tanpa pelangi.....

Lingkungan Kampus H Universitas Gunadarma

(picture from google)
Lingkungan Kampus H Universitas Gunadarma

       Univesitas Gunadarma terdiri dari beberapa kampus, yaitu mulai dari kampus A yang berlokasi di Kenari, Jl Kenari No. 13 Jakarta Pusat sampai dengan kampus L yang berlokasi di Kamal, Jl Raya Kamal Outring Road Cengkareng. Namun disini saya akan menjelaskan mengenai salah satu kampus Universitas Gunadarma. saya akan menjelaskan tentang lingkungan kampus H. mengapa saya memilih untuk menejelaskan tentang lingkungan kampus H? itu karna menurut saya lingkungan kampus H yang paling berbeda dengan kampus-kampus Universitas Gunadarma lainnya. Selain area nya yang lebih luas, pemandangan di sekitar kampus H juga yang membuatnya berbeda dengan kampus lainnya. pemandangan di sekitar kampus H terlihat lebih hijau karna sebagian area di sana ditanami pepohonan yang cukup banyak dan rindang sehingga membuatnya terlihat lebih asri. Selain itu, lingkungan di sekitar kampus H juga cukup bersih.
(picture from google)

       Fasilitas yang terdapat di kampus H Universitas Gunadarma adalah adanya lapangan yang sering disebut sebagai sport center. Sport center itu sendiri bisa digunakan bagi para mahasiswa dan mahasiswi Universitas Gunadarma yang ingin berolahraga seperti basket dan futsal. Ini adalah suasana Sport Center kampus H Universitas Gunadarma. -------->>>

(picture from google)
       Lingkungan kampus H akan terlihat ramai ketika ada praktikum ilab. Semua mahasiwa dan mahasiswi Universitas Gunadarma diwajibkan mengikuti praktikum ilab yang diadakan seminggu sekali. Beberapa peraturan yang wajib ditaati pada saat ingin mengikuti praktikum ilab diantaranya adalah setiap mahasiswa dan mahasiswi diwajibakan memiliki dan membawa kartu praktikum ilab. Selain itu, setiap mahasiswa dan mahasiswi juga wajib mengenakan pakain formal yang telah ditetapkan seperti pada laki-laki diwajibkan mengenakan kemeja dan celana panjang bahan, sedangkan bagi wanita diwajibkan memakai kemeja dan rok bahan. Inilah suasana ruang tunggu ketika akan memasuki ruang praktikum ilab. 


       Dan inilah suasana di dalam ruangan praktikum ilab.


  
(picture from google)                  

       Kampus H juga terlihat indah ketika malam hari
(picture from google)


Minggu, 11 November 2012

Resep Membuat Spaghetti

                     How To Make Spaghetti Bolognaise :

  • Bahan- bahan yang dibutuhkan yaitu : 
  1. 1 liter air untuk merebus
  2. Spaghetti 400 gr / sesuai selera
  3. Margarin atau minyak goreng
  4. 1 siung bawang bombay yang telah dicincang
  5. 4 siung bawang putih yang telah dicincang
  6. Lada hitam/putih
  7. Garam atau penyedap rasa
  8. Keju yang sudah diparut
  9. Daging sapi cincang atau kornet sapi
  10. Tomat yang telah diiris sesuai selera
  11. Saus sambal dan saus tomat

  • Cara Membuatnya Yaitu :
1. Rebus spaghetti selama +/- 20  menit di dalam air mendidih yang telah diberi sedikit margarin atau minyak
2. Setelah matang, lalu tiriskan

  •  Untuk Membuat Sausnya :
1. Tumis bawang putih dan bawang bombay sampai harum dan kecoklatan
2. kemudian masukan daging sapi cincang atau kornet sapi, tumis hingga setengah matang
3. Masukan irisan tomat, tumis sebentar
4. Tambahkan sedikit air
5. Lalu tambahkan saus sambal dan saus tomat sesuai selera
6. Masukan lada hitam/putih secukupnya
7. Terakhir tambahkan garam atau penyedap rasa secukupnya
  • Penyajian :
Tata spaghetti di atas piring, siram saus diatasnya, taburi dengan keju parut, dan spahetti bolognaise pun siap untuk disajikan.


                                                                                   (picture from google)

Cerpen :)

    Si kecil Jalanan
 ‘’kami... kami memang si kecil jalanan’’ terdengar suara beberapa anak kecil sedang menyanyi dengan gitarnya dari luar kaca mobil yang ku tumpangi. Suara itu pula yang seketika membangunkanku yang sedang tertidur pulas di dalam mobil. Ku lihat sesosok anak kecil dengan pakaian lusuh, kumal, kotor, menyelimuti tubuh mungilnya. Dari postur tubuhnya menggambarkan kira-kira mereka berusia 8-9 tahun. Kulit kakinya yang halus berubah menjadi kasar karena bergesekan dengan aspal untuk menapaki jalan demi jalan. Terik matahari telah mengubah rambut hitamnya menjadi kecoklatan. Semuanya tampak amat menyedihkan.
‘’kasihan...’’ gumamku dalam hati. Seketika aku mengambil uang receh yang terselip di kantung belakang celana jeans yang aku kenakan.
 ‘’ini..’’ ucapku sambil membuka kaca lalu memberikan uang kepadanya. Si kecil itu hanya tersenyum lalu pergi. Tak ku dengar sepatah kata pun keluar dari mulut mungilnya. Hanya tatapan mata tak berdosa yang berbinar pertanda ada sedikit kebahagiaan.
‘’kasihan, anak sekecil itu harus mencari uang’’ ucap ayah sambil memulai mengemudikan mobilnya setelah dilihatnya lampu hijau.
‘’iya, kasihan sekali ya Yah’’ sambung Ibu yang duduk di samping ayah.
‘’iya, kasihan sekali’’ sambungku pula.
‘’kamu harus banyak-banyak bersyukur karena kamu sudah termasuk orang yang beruntung loh Cha. Kamu bisa sekolah, hidup kamu juga tercukupi tanpa harus mencari uang dengan cara mengamen seperti mereka’’ ucap ayah kepadaku.
 ‘’iya Cha, benar kata ayah kamu harus banyak bersyukur’’ ucap ibu.
‘’iya, Icha menjadi merasa sangat beruntung’’ ucapku.
                                   
                                              ***

‘’ayah, ibu, aku berangkat sekolah dulu ya” ucapku sambil menghampiri Ayah dan Ibu yang berada di meja makan.
‘’Loh Cha, kamu tidak sarapan dulu?’’ ucap ibu dari arah meja makan.
‘’enggak Bu, aku kesiangan nanti saja aku sarapan di sekolah’’ ucapku sambil bergegas. Ya, hari ini memang aku sedikit kesiangan. Itu karena semalam aku menonton tayangan televisi hingga larut malam.
‘’kamu tidak mau berangkat bareng Ayah saja?’’ ucap Ayah menawarkan diri.
‘’tidak usah Yah, aku naik bus saja’’ ucapku sedikit berlari meninggalkan   meja makan.

                                               ***

5 menit, 10 menit, 15 menit, bus yang biasanya aku tumpangi tak juga datang.
 “mana nih bus nya, kalo terus seperti ini aku bisa terlambat’’ gerutu ku sambil terus melihat ke arah dimana bus itu biasanya muncul.
Sementara kulihat jam tanganku yang berwarna merah muda, hampir menunjukkan pukul 06.30. Jika tidak ingin mendapat hukuman, setidaknya aku harus segera sampai di sekolah tepat pukul 06.30. Tak lama akhirnya bus yang ku tunggu datang juga. Bergegas aku menaiki bus itu, berharap sampai di sekolah tepat pada waktunya.
Beberapa kursi telah dipenuhi penumpang. Aku pun memutuskan untuk duduk di kursi yang tidak terlalu jauh dari pintu. Tidak berapa lama, bus pun mulai jalan meninggalkan halte. Selama perjalanan aku dengar ada beberapa anak kecil yang meyanyi dengan gitar kecil yang dibawanya.
“sepertinya aku pernah mendengar lagu itu” ucapku dalam hati. Ku angkat badanku setengah berdiri hingga melihat anak-anak kecil itu.
“loh, itu kan pengamen yang kemarin” gumamku dalam hati. Ku dengar beberapa syair lagu yang mereka bawakan sejak tadi. Ya, memang ada beberapa lagu yang mungkin mereka ciptakan sendiri. Beberapa lirik mengisahkan keseduhan mereka menjadi seorang pengamen. Namun, ada pula beberapa lirik yang mengisahkan kegembiraan mereka selama ini. Aku terus menyimak lagu-lagu yang dibawakan mereka sampai akhirnya mereka mulai meminta uang sebagai imbalan.
“ini...” ucapku sambil memberi uang kepada salah satu anak.
“terimakasih” ucap anak itu polos.
“eh tunggu, nama kamu siapa?” ucapku.
“aku?” ucap anak itu.
“iya kamu” ucapku membenarkan.
“nama aku Adi kak” ucapnya sambil setengah tersenyum.
“kalau nama kakak, Icha”  ucapku memperkenalkan diri.
Adi langsung berlari mencoba mengejar teman-temannya yang akan segera turun dari bus yang aku tumpangi.
Tidak terasa aku pun sudah sampai di sekolah. Tuhan memang sayang padaku, hari ini aku berhasil sampai di sekolah tepat pada waktunya. Aku mulai aktivitas ku seperti biasanya, seperti layaknya siswi kelas 3 SMA. Pulang lebih sore karena pendalaman materi, PR dari setiap mata pelajaran yang harus segera dikumpulkan, hingga terpaksa tidak masuk sekolah beberapa hari akibat sakit karena kecapekan. Huh, semuanya memang terasa berbeda dari kelas-kelas sebelumnya, kelas 3 ini memang lebih berat rasanya.

                                             ***

“assalamualikum” ucapku sambil masuk ke dalam rumah.
“waalaikum salam sayang, kamu sudah pulang, gimana capek ya? Ya sudah ganti baju terus makan yah” ucap Ibu sambil mengelus rambut panjangku.
“iya Bu, aku ganti baju dulu yah” ucapku sambil menuju ke kamar yang dekat dengan ruang tamu.
Aku ganti baju, lalu segera menuju ke meja makan. Seperti biasanya, Ibu selalu menanyakan bagaimana aktivitas ku tadi selama di sekolah. Ibu juga tidak jarang memberi aku beberapa saran jika aku ada masalah di sekolah. Entah itu tentang teman, maupun tentang pelajaran. Begitu pun dengan Ayah, ia selalu menuntunku dalam mengambil setiap keputusan. Ya, aku memang anak tunggal mereka maka tidak heran jika mereka sangat perhatian padaku. Apa pun itu, Aku sangat beruntung memiliki orangtua seperti mereka.

                                              ***

Pagi ini aku bangun tepat pada waktunya, tidak seperti kemarin. Ku mulai aktivitas ku dengan mandi lalu sarapan bersama ayah dan ibu. Setelah sarapan, aku bergegas berangkat ke sekolah. Seperti biasanya aku berangkat sekolah dengan menaiki bus. Di bus aku bertemu dengan para pengamen-pengamen itu lagi. Aku cukup senang bertemu lagi dengan mereka. Aku senang karena aku bisa berbagi sedikit rezeki kepada mereka.
Tidak terasa, sudah hampir 1 bulan terakhir ini, aku selalu bertemu pengamen-pengamen cilik itu di bus. Aku pun mulai mengenal mereka satu persatu. Begitu pun sebaliknya, mereka juga mulai mengenalku. Bukan hanya uang, aku juga sering memberi mereka makanan. Selain itu, aku juga pernah memberi mereka baju layak pakai. Walaupun tidak baru, tapi setidaknya baju itu masih layak untuk mereka kenakan. 
  
                                      ***
            “Eh Cha, gimana nih tugas film dokumenter kita?” ucap Dina, salah satu teman sekelas ku.
            “Oh iya, aku lupa bagaimana ini?” ucapku panik. Aku benar-benar lupa kalau Ibu Ani kemarin memberikan tugas kelompok  teater untuk membuat film dokumenter.
            “kalau tidak salah, kemarin bu Ani bilang judulnya tetang kisah pengamen cilik” ucap Dion, salah satu teman kelompok teater ku.
            Tiba-tiba saja aku teringat pada para pengamen cilik yang sering aku temui di bis.
            “oh iya, aku punya kenalan anak pengamen. Gimana kalau kita ngambil cerita tentang kehidupan mereka aja?” ucapku antusias.
            “kalau gitu aku setuju” ucap Dina.
            “iya, aku juga setuju” ucap Dion menyetujui.
            “iya, kami juga setuju” ucap anggota kelompok ku yang lain.
            “baiklah kalau begitu, nanti aku kenalkan kalian pada mereka” ucapku.
           
                                                            ***

            Tidak seperti biasanya, hari ini aku tidak bertemu dengan para pengamen cilik itu di bus. Padahal aku ingin mengajak Adi dan teman-temannya untuk berkenalan dengan teman-temanku. Karena Adi dan teman-temannya tidak ada, maka aku putuskan untuk menanyakan hal itu keesokan harinya.
            Keesokan harinya harinya aku pun tidak bertemu lagi dengan para pengamen cilik itu. Begitu seterusnya, selama hampir 1 minggu aku tidak pernah bertemu dengan mereka. Aku bingung kenapa mereka tiba-tiba saja menghilang. Padahal aku harus segera bertemu dengan mereka untuk membicarakan mengenai film dokumenter yang akan aku buat. Tanpa mereka tugas itu tidak akan selesai. Sedangkan 1 minggu lagi tugas itu harus segera dikumpulkan. Kali ini aku benar-benar bingung harus mencari mereka kemana. Sampai akhirnya.......
            “Kak Icha  ! “ seseorang memanggilku dari seberang jalan di dekat lampu merah. Seketika aku menoleh kepadanya. Orang itu pun langsung berlari menghampiriku yang sedang berada di halte tempat biasanya aku menunggu bus jika pulang sekolah.
            “Eh, Pia ada apa? Oh iya, Mana Adi?” ucapku. Pia adalah salah satu anggota dari pengamen cilik yang sering aku temui di bus.
            “Adi............” ucap Pia sambil menundukkan kepalanya.
            “loh kenapa? Mana Adi?” ucapku setengah membungkuk sambil memegang kedua pundak Pia.
            “Adi kecelakaan Ka, 1 minggu ini kita gak ngamen kak karena kita semua jagain Adi di rumah sakit” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
            “kecelakaan? Ya Allah.....” ucapku kaget.
            “iya kak, jadi kemarin kita di kejar-kejar satpol pp terus kita semua lari. Pas lari Adi gak ngeliat kalau di depannya ada motor, motor itu lagsung nabrak Adi”
            “ya Allah, terus sekarang keadaan Adi gimana?” tanya ku penasaran.
            “alhamdulillah udah lumayan baik, tapi.............” ucap Pia terpotong.
            “tapi kenapa?” tanyaku lagi.
            “kita gak punya uang buat bayar biaya rumah sakitnya Adi kak” ucap Pia tertunduk.
            “ya sudah nanti kakak ajak teman-teman kakak untuk menyumbangkan uang untuk biaya rumah sakitnya Adi” ucapku menenangkan Pia.
            “makasih ya kak” ucap Pia tersenyum gembira.
            “iya, sama-sama” ucapku membalas senyum.

                                                            ***

Keesokan harinya aku berusaha menjelaskan kepada teman-temanku apa yang sebenarnya terjadi. Dan aku pun mengutarakan maksud ku untuk meminta sedikit bantuan kepada teman-temanku untuk menyumbangkan uang seikhlasnya untuk membantu Adi. Di luar dugaan, ternyata mereka sangat peduli, bahkan uang yang berhasil terkumpul lebih dari cukup.
Keesokan harinya kami menjenguk Adi di rumah sakit. Setelah membayar biaya rumah sakit, Sisa uangnya tersebut kami berikan kepada para pengamen cilik itu. Tidak lupa, kami pun menyampaikan tujuan kami untuk membuat film tentang kehidupan mereka sebagai para pengamen cilik. Mereka pun bersedia untuk membantu kami.
 Akhirnya tugas film dokumenter kelompok kami pun selesai dan mendapat nilai yang cukup memuaskan. Itu semua berkat jasa Adi dan teman-temannya sebagai Si kecil jalanan.

Selasa, 04 Desember 2012

Puisi " Aku, Hujan Tanpa Pelangi"

 Aku, Hujan Tanpa Pelangi

Hujan dikala senja itu
Gelap, kelabu, sepi tak berkawan
Ditemani tiupan angin yang berhembus berlawan
kesana kemari tak tentu arah
Bak seorang yang penuh amarah
Entah apa yang telah terjadi padamu wahai hujan.....

Di sana... di balik awan kelabu
Sang dewa langit mulai memancarkan sinarnya lagi
Seiring dengan tetesan air hujan yang mulai lelah
Namun disana tak ada pancaran rona pelangi
                    
Hujan senja tak sanggup mengembalikan pelangi
Pelangi yang telah lama hilang 
Kemanakah kau sang pelangi??
 
Hujan pun seolah tangisan
Langit bagai menjadi saksi
Awan sendu berkelabu
Seiring tetesan hujan yang terus mengalir

Seperti aku...
Ya, aku...
Aku bagai hujan

Engkau...
Ya, engkaulah pelanginya
Pelangi yang ada setelah hujan
Pelangi yang membuat hujan terlihat lebih indah
Pelangi yang membuat hujan bagai berwarna-warni

Namun kini entah dimana engkau pelangiku

Kini hujan tak seindah dulu
Sendu, tak berwarna
Sepi bak membisu
Hanya petir yang dapat memecahkan keheningan
Layaknya hujan dengan sebongkah amarah

Aku...
Aku, hujan tanpa pelangi.....

Lingkungan Kampus H Universitas Gunadarma

(picture from google)
Lingkungan Kampus H Universitas Gunadarma

       Univesitas Gunadarma terdiri dari beberapa kampus, yaitu mulai dari kampus A yang berlokasi di Kenari, Jl Kenari No. 13 Jakarta Pusat sampai dengan kampus L yang berlokasi di Kamal, Jl Raya Kamal Outring Road Cengkareng. Namun disini saya akan menjelaskan mengenai salah satu kampus Universitas Gunadarma. saya akan menjelaskan tentang lingkungan kampus H. mengapa saya memilih untuk menejelaskan tentang lingkungan kampus H? itu karna menurut saya lingkungan kampus H yang paling berbeda dengan kampus-kampus Universitas Gunadarma lainnya. Selain area nya yang lebih luas, pemandangan di sekitar kampus H juga yang membuatnya berbeda dengan kampus lainnya. pemandangan di sekitar kampus H terlihat lebih hijau karna sebagian area di sana ditanami pepohonan yang cukup banyak dan rindang sehingga membuatnya terlihat lebih asri. Selain itu, lingkungan di sekitar kampus H juga cukup bersih.
(picture from google)

       Fasilitas yang terdapat di kampus H Universitas Gunadarma adalah adanya lapangan yang sering disebut sebagai sport center. Sport center itu sendiri bisa digunakan bagi para mahasiswa dan mahasiswi Universitas Gunadarma yang ingin berolahraga seperti basket dan futsal. Ini adalah suasana Sport Center kampus H Universitas Gunadarma. -------->>>

(picture from google)
       Lingkungan kampus H akan terlihat ramai ketika ada praktikum ilab. Semua mahasiwa dan mahasiswi Universitas Gunadarma diwajibkan mengikuti praktikum ilab yang diadakan seminggu sekali. Beberapa peraturan yang wajib ditaati pada saat ingin mengikuti praktikum ilab diantaranya adalah setiap mahasiswa dan mahasiswi diwajibakan memiliki dan membawa kartu praktikum ilab. Selain itu, setiap mahasiswa dan mahasiswi juga wajib mengenakan pakain formal yang telah ditetapkan seperti pada laki-laki diwajibkan mengenakan kemeja dan celana panjang bahan, sedangkan bagi wanita diwajibkan memakai kemeja dan rok bahan. Inilah suasana ruang tunggu ketika akan memasuki ruang praktikum ilab. 


       Dan inilah suasana di dalam ruangan praktikum ilab.


  
(picture from google)                  

       Kampus H juga terlihat indah ketika malam hari
(picture from google)


Minggu, 11 November 2012

Resep Membuat Spaghetti

                     How To Make Spaghetti Bolognaise :

  • Bahan- bahan yang dibutuhkan yaitu : 
  1. 1 liter air untuk merebus
  2. Spaghetti 400 gr / sesuai selera
  3. Margarin atau minyak goreng
  4. 1 siung bawang bombay yang telah dicincang
  5. 4 siung bawang putih yang telah dicincang
  6. Lada hitam/putih
  7. Garam atau penyedap rasa
  8. Keju yang sudah diparut
  9. Daging sapi cincang atau kornet sapi
  10. Tomat yang telah diiris sesuai selera
  11. Saus sambal dan saus tomat

  • Cara Membuatnya Yaitu :
1. Rebus spaghetti selama +/- 20  menit di dalam air mendidih yang telah diberi sedikit margarin atau minyak
2. Setelah matang, lalu tiriskan

  •  Untuk Membuat Sausnya :
1. Tumis bawang putih dan bawang bombay sampai harum dan kecoklatan
2. kemudian masukan daging sapi cincang atau kornet sapi, tumis hingga setengah matang
3. Masukan irisan tomat, tumis sebentar
4. Tambahkan sedikit air
5. Lalu tambahkan saus sambal dan saus tomat sesuai selera
6. Masukan lada hitam/putih secukupnya
7. Terakhir tambahkan garam atau penyedap rasa secukupnya
  • Penyajian :
Tata spaghetti di atas piring, siram saus diatasnya, taburi dengan keju parut, dan spahetti bolognaise pun siap untuk disajikan.


                                                                                   (picture from google)

Cerpen :)

    Si kecil Jalanan
 ‘’kami... kami memang si kecil jalanan’’ terdengar suara beberapa anak kecil sedang menyanyi dengan gitarnya dari luar kaca mobil yang ku tumpangi. Suara itu pula yang seketika membangunkanku yang sedang tertidur pulas di dalam mobil. Ku lihat sesosok anak kecil dengan pakaian lusuh, kumal, kotor, menyelimuti tubuh mungilnya. Dari postur tubuhnya menggambarkan kira-kira mereka berusia 8-9 tahun. Kulit kakinya yang halus berubah menjadi kasar karena bergesekan dengan aspal untuk menapaki jalan demi jalan. Terik matahari telah mengubah rambut hitamnya menjadi kecoklatan. Semuanya tampak amat menyedihkan.
‘’kasihan...’’ gumamku dalam hati. Seketika aku mengambil uang receh yang terselip di kantung belakang celana jeans yang aku kenakan.
 ‘’ini..’’ ucapku sambil membuka kaca lalu memberikan uang kepadanya. Si kecil itu hanya tersenyum lalu pergi. Tak ku dengar sepatah kata pun keluar dari mulut mungilnya. Hanya tatapan mata tak berdosa yang berbinar pertanda ada sedikit kebahagiaan.
‘’kasihan, anak sekecil itu harus mencari uang’’ ucap ayah sambil memulai mengemudikan mobilnya setelah dilihatnya lampu hijau.
‘’iya, kasihan sekali ya Yah’’ sambung Ibu yang duduk di samping ayah.
‘’iya, kasihan sekali’’ sambungku pula.
‘’kamu harus banyak-banyak bersyukur karena kamu sudah termasuk orang yang beruntung loh Cha. Kamu bisa sekolah, hidup kamu juga tercukupi tanpa harus mencari uang dengan cara mengamen seperti mereka’’ ucap ayah kepadaku.
 ‘’iya Cha, benar kata ayah kamu harus banyak bersyukur’’ ucap ibu.
‘’iya, Icha menjadi merasa sangat beruntung’’ ucapku.
                                   
                                              ***

‘’ayah, ibu, aku berangkat sekolah dulu ya” ucapku sambil menghampiri Ayah dan Ibu yang berada di meja makan.
‘’Loh Cha, kamu tidak sarapan dulu?’’ ucap ibu dari arah meja makan.
‘’enggak Bu, aku kesiangan nanti saja aku sarapan di sekolah’’ ucapku sambil bergegas. Ya, hari ini memang aku sedikit kesiangan. Itu karena semalam aku menonton tayangan televisi hingga larut malam.
‘’kamu tidak mau berangkat bareng Ayah saja?’’ ucap Ayah menawarkan diri.
‘’tidak usah Yah, aku naik bus saja’’ ucapku sedikit berlari meninggalkan   meja makan.

                                               ***

5 menit, 10 menit, 15 menit, bus yang biasanya aku tumpangi tak juga datang.
 “mana nih bus nya, kalo terus seperti ini aku bisa terlambat’’ gerutu ku sambil terus melihat ke arah dimana bus itu biasanya muncul.
Sementara kulihat jam tanganku yang berwarna merah muda, hampir menunjukkan pukul 06.30. Jika tidak ingin mendapat hukuman, setidaknya aku harus segera sampai di sekolah tepat pukul 06.30. Tak lama akhirnya bus yang ku tunggu datang juga. Bergegas aku menaiki bus itu, berharap sampai di sekolah tepat pada waktunya.
Beberapa kursi telah dipenuhi penumpang. Aku pun memutuskan untuk duduk di kursi yang tidak terlalu jauh dari pintu. Tidak berapa lama, bus pun mulai jalan meninggalkan halte. Selama perjalanan aku dengar ada beberapa anak kecil yang meyanyi dengan gitar kecil yang dibawanya.
“sepertinya aku pernah mendengar lagu itu” ucapku dalam hati. Ku angkat badanku setengah berdiri hingga melihat anak-anak kecil itu.
“loh, itu kan pengamen yang kemarin” gumamku dalam hati. Ku dengar beberapa syair lagu yang mereka bawakan sejak tadi. Ya, memang ada beberapa lagu yang mungkin mereka ciptakan sendiri. Beberapa lirik mengisahkan keseduhan mereka menjadi seorang pengamen. Namun, ada pula beberapa lirik yang mengisahkan kegembiraan mereka selama ini. Aku terus menyimak lagu-lagu yang dibawakan mereka sampai akhirnya mereka mulai meminta uang sebagai imbalan.
“ini...” ucapku sambil memberi uang kepada salah satu anak.
“terimakasih” ucap anak itu polos.
“eh tunggu, nama kamu siapa?” ucapku.
“aku?” ucap anak itu.
“iya kamu” ucapku membenarkan.
“nama aku Adi kak” ucapnya sambil setengah tersenyum.
“kalau nama kakak, Icha”  ucapku memperkenalkan diri.
Adi langsung berlari mencoba mengejar teman-temannya yang akan segera turun dari bus yang aku tumpangi.
Tidak terasa aku pun sudah sampai di sekolah. Tuhan memang sayang padaku, hari ini aku berhasil sampai di sekolah tepat pada waktunya. Aku mulai aktivitas ku seperti biasanya, seperti layaknya siswi kelas 3 SMA. Pulang lebih sore karena pendalaman materi, PR dari setiap mata pelajaran yang harus segera dikumpulkan, hingga terpaksa tidak masuk sekolah beberapa hari akibat sakit karena kecapekan. Huh, semuanya memang terasa berbeda dari kelas-kelas sebelumnya, kelas 3 ini memang lebih berat rasanya.

                                             ***

“assalamualikum” ucapku sambil masuk ke dalam rumah.
“waalaikum salam sayang, kamu sudah pulang, gimana capek ya? Ya sudah ganti baju terus makan yah” ucap Ibu sambil mengelus rambut panjangku.
“iya Bu, aku ganti baju dulu yah” ucapku sambil menuju ke kamar yang dekat dengan ruang tamu.
Aku ganti baju, lalu segera menuju ke meja makan. Seperti biasanya, Ibu selalu menanyakan bagaimana aktivitas ku tadi selama di sekolah. Ibu juga tidak jarang memberi aku beberapa saran jika aku ada masalah di sekolah. Entah itu tentang teman, maupun tentang pelajaran. Begitu pun dengan Ayah, ia selalu menuntunku dalam mengambil setiap keputusan. Ya, aku memang anak tunggal mereka maka tidak heran jika mereka sangat perhatian padaku. Apa pun itu, Aku sangat beruntung memiliki orangtua seperti mereka.

                                              ***

Pagi ini aku bangun tepat pada waktunya, tidak seperti kemarin. Ku mulai aktivitas ku dengan mandi lalu sarapan bersama ayah dan ibu. Setelah sarapan, aku bergegas berangkat ke sekolah. Seperti biasanya aku berangkat sekolah dengan menaiki bus. Di bus aku bertemu dengan para pengamen-pengamen itu lagi. Aku cukup senang bertemu lagi dengan mereka. Aku senang karena aku bisa berbagi sedikit rezeki kepada mereka.
Tidak terasa, sudah hampir 1 bulan terakhir ini, aku selalu bertemu pengamen-pengamen cilik itu di bus. Aku pun mulai mengenal mereka satu persatu. Begitu pun sebaliknya, mereka juga mulai mengenalku. Bukan hanya uang, aku juga sering memberi mereka makanan. Selain itu, aku juga pernah memberi mereka baju layak pakai. Walaupun tidak baru, tapi setidaknya baju itu masih layak untuk mereka kenakan. 
  
                                      ***
            “Eh Cha, gimana nih tugas film dokumenter kita?” ucap Dina, salah satu teman sekelas ku.
            “Oh iya, aku lupa bagaimana ini?” ucapku panik. Aku benar-benar lupa kalau Ibu Ani kemarin memberikan tugas kelompok  teater untuk membuat film dokumenter.
            “kalau tidak salah, kemarin bu Ani bilang judulnya tetang kisah pengamen cilik” ucap Dion, salah satu teman kelompok teater ku.
            Tiba-tiba saja aku teringat pada para pengamen cilik yang sering aku temui di bis.
            “oh iya, aku punya kenalan anak pengamen. Gimana kalau kita ngambil cerita tentang kehidupan mereka aja?” ucapku antusias.
            “kalau gitu aku setuju” ucap Dina.
            “iya, aku juga setuju” ucap Dion menyetujui.
            “iya, kami juga setuju” ucap anggota kelompok ku yang lain.
            “baiklah kalau begitu, nanti aku kenalkan kalian pada mereka” ucapku.
           
                                                            ***

            Tidak seperti biasanya, hari ini aku tidak bertemu dengan para pengamen cilik itu di bus. Padahal aku ingin mengajak Adi dan teman-temannya untuk berkenalan dengan teman-temanku. Karena Adi dan teman-temannya tidak ada, maka aku putuskan untuk menanyakan hal itu keesokan harinya.
            Keesokan harinya harinya aku pun tidak bertemu lagi dengan para pengamen cilik itu. Begitu seterusnya, selama hampir 1 minggu aku tidak pernah bertemu dengan mereka. Aku bingung kenapa mereka tiba-tiba saja menghilang. Padahal aku harus segera bertemu dengan mereka untuk membicarakan mengenai film dokumenter yang akan aku buat. Tanpa mereka tugas itu tidak akan selesai. Sedangkan 1 minggu lagi tugas itu harus segera dikumpulkan. Kali ini aku benar-benar bingung harus mencari mereka kemana. Sampai akhirnya.......
            “Kak Icha  ! “ seseorang memanggilku dari seberang jalan di dekat lampu merah. Seketika aku menoleh kepadanya. Orang itu pun langsung berlari menghampiriku yang sedang berada di halte tempat biasanya aku menunggu bus jika pulang sekolah.
            “Eh, Pia ada apa? Oh iya, Mana Adi?” ucapku. Pia adalah salah satu anggota dari pengamen cilik yang sering aku temui di bus.
            “Adi............” ucap Pia sambil menundukkan kepalanya.
            “loh kenapa? Mana Adi?” ucapku setengah membungkuk sambil memegang kedua pundak Pia.
            “Adi kecelakaan Ka, 1 minggu ini kita gak ngamen kak karena kita semua jagain Adi di rumah sakit” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
            “kecelakaan? Ya Allah.....” ucapku kaget.
            “iya kak, jadi kemarin kita di kejar-kejar satpol pp terus kita semua lari. Pas lari Adi gak ngeliat kalau di depannya ada motor, motor itu lagsung nabrak Adi”
            “ya Allah, terus sekarang keadaan Adi gimana?” tanya ku penasaran.
            “alhamdulillah udah lumayan baik, tapi.............” ucap Pia terpotong.
            “tapi kenapa?” tanyaku lagi.
            “kita gak punya uang buat bayar biaya rumah sakitnya Adi kak” ucap Pia tertunduk.
            “ya sudah nanti kakak ajak teman-teman kakak untuk menyumbangkan uang untuk biaya rumah sakitnya Adi” ucapku menenangkan Pia.
            “makasih ya kak” ucap Pia tersenyum gembira.
            “iya, sama-sama” ucapku membalas senyum.

                                                            ***

Keesokan harinya aku berusaha menjelaskan kepada teman-temanku apa yang sebenarnya terjadi. Dan aku pun mengutarakan maksud ku untuk meminta sedikit bantuan kepada teman-temanku untuk menyumbangkan uang seikhlasnya untuk membantu Adi. Di luar dugaan, ternyata mereka sangat peduli, bahkan uang yang berhasil terkumpul lebih dari cukup.
Keesokan harinya kami menjenguk Adi di rumah sakit. Setelah membayar biaya rumah sakit, Sisa uangnya tersebut kami berikan kepada para pengamen cilik itu. Tidak lupa, kami pun menyampaikan tujuan kami untuk membuat film tentang kehidupan mereka sebagai para pengamen cilik. Mereka pun bersedia untuk membantu kami.
 Akhirnya tugas film dokumenter kelompok kami pun selesai dan mendapat nilai yang cukup memuaskan. Itu semua berkat jasa Adi dan teman-temannya sebagai Si kecil jalanan.